Friday, April 13, 2018

Mengenal Karomah Syekh Maulana Ishaq


Syekh Maulana Ishaq adalah seorang ulama anggota Wali Songo periode pertama yang dikirim Sultan Turki Ustmani ke nusantara (Indonesia kala itu) dengan spesialisasi ahli pengobatan. Petilasan Syekh Maulan Ishaq/Ist
Syekh Maulana Ishaq adalah seorang ulama yang berasal dari Samarqand (dekat Bukhara-Rusia Selatan). Dia adalah salah satu anggota Wali Songo periode pertama yang dikirim oleh Sultan Turki Ustmani ke nusantara (Indonesia kala itu) dengan spesialisasi ahli pengobatan.

Dia datang ke tanah Jawa pada 1404 Masehi bersama dengan ayahnya Syekh Maulana Ahmad Jumadil Qubro (Husein Jamaluddin) dan kakaknya Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Kisah karomah Syekh Maulana Ishaq berawal saat dia datang di Gresik tanah Jawa kemudian ke Blambangan. Pada yang bersamaan Kerajaan Blambangan yang dipimpin Prabu Menak Sembuyu diserang wabah penyakit. Sudah berbulan-bulan rakyat Blambangan dilanda suatu penyakit yang menyebabkan kematian. Hampir setiap hari selalu ada saja rakyat Blambangan yang meninggal dunia karena wabah ini.

Wabah ini juga menyerang Dewi Sekardadu putri dari Prabu Menak Sembuyu. Sudah berbulan bulan Dewi Sekardadu terserang wabah. Sudah banyak dukun, tabib yang datang untuk menyembuhkannya, namun Dewi Sekardadu belum sembuh juga.

Kerajaan dirudung kesedihan. Karena melihat putrinya belum sembuh-sembuh dalam waktu yang cukup lama, kemudian Prabu Menak Sembuyu menyuruh Patih Bajul Sengara untuk mengumumkan sebuah sayembara, yang isinya barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit sang putri serta dapat mengusir wabah penyakit dari Kerajaan Blambangan, maka apabila dia laki-laki akan dijodohkan dengan Dewi Sekardadu.

Bila dia perempuan maka akan dijadikan saudara Dewi Sekardadu. Setelah sayembara disebarkan sampai ke pelosok negeri, tidak satupun yang berani mengikuti sayembara itu. Sampailah berita sayembara itu pada seorang Brahmana Resi Kandabaya. Pada suatu hari Resi Kandabaya datang ke Kerajaan Blambangan untuk menghadap Prabu Menak Sembuyu.

Resi Kandabaya mengatakan kepada Prabu Menak Sembuyu bahwa yang dapat menyembuhkan sang Putri Dewi Sekardadu dan mengusir wabah penyakit dari Kerajaan Blambangan adalah seorang pertapa yang bernama Maulana Ishaq yang berada di Gunung Gresik.

Prabu Menak Sembuyu kemudian mengutus Patih Bajul Sengara untuk menemui Syekh Maulana Ishaq guna meminta pertolongan untuk menyembuhkan sang Putri dan rakyat Blambangan. Maka berangkatlah patih Bajul Sengara yang diikuti oleh beberapa prajurit.

Mereka melakukan perjalanan dengan berkuda untuk menuju Gunung Gresik. Setelah melakukan perjalanan berkuda selama enam hari, sampailah kesepuluh prajurit berkuda yang dipimpin oleh Patih Bajul Sengara di Gunung Gresik, dan menemui Syekh Maulana Ishaq.

Syeh Maulana Ishaq kemudian berkata kepada tamunya. “Agama Islam adalah agama yang selalu membantu orang yang memerlukan pertolongan, juga agama yang suka menghormati tamunya, apalagi yang datang dari jauh. Baiklah aku akan memenuhi permintaan Raja kamu sekalian, karena aku tidak sampai hati untuk mengecewakannya, tapi hal ini kulakukan bukan karena iming-iming yang akan dijodohkan dengan Dewi Sekardadu juga bukan karena aku takut untuk dihukum mati oleh raja kalian. Yang kulakukan adalah ikhlas semata tanpa mengharap imbalan jasa apapun. Nah Sekarang berangkatlah kisanak sekalian terlebih dahulu,”.

Patih Bajul Sengara kemudian mengajak prajuritnya untuk bergegas kembali ke Blambangan. Untuk sampai di Blambangan kembali merekapun menempuh perjalanan enam hari berkuda.

Ketika rombongan Patih Bajul Sengara dan prajuritnya sampai di halaman kerajaan Blambangan, terkejutlah mereka, karena suasana kerajaan tampak meriah sekali.

Setelah diselidiki ternyata Prabu Menak Sembuyu sedang merayakan hari ketujuh pernikahan putri Dewi Sekardadu dengan Syekh Maulana Ishaq.

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...