Saturday, July 28, 2018

Habib FPI Setuju dengan Islam Nusantara


Dari hasil silaturrahmi antara tuan rumah KH. Cepy hibbatullah selaku pimpinan banom NU, rijalul anshor, dan habib hanif dari FPI yang berlangsung tadi malam, Sabtu (28/07/2018) berikut kami rangkum hasil diskusi tersebut.

Kegiatan Mudzakharah Munadharah dan Mutharahah persoalan Islam Nusantara di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafy 12 Fan Hibbatussadiyyah di Kampung Tegal Deukeut Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kota, antara ulama muda dari Nahdlatul Ulama (NU) yang juga Ketua Pimpinan Cabang (PC) Majlis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Cianjur yakni KH. Cepy Hibbatullah, Ustad Salman Al Farisi dan disi lain ada Habib Hud sebagai Ketua Front Pembela Islam Cianjur serta Habib Hanif bin Habib Abdurrahman Al Athos.

Mudzakharah, Munadharah dan Mutharahah sendiri berarti forum saling mengingatkan, beradu pandangan dan berdiskusi dengaakhlak dasar saling ada ke insyafan dari kedua belah pihak

Ustad Abdul Muin Al Qudsi, pimpinan Ponpes Al Musyarofah Warungkondang menerangkan, acara ini begitu menggema gaungnya walaupun hanya sebentar sosialisasinya. Tidak kurang dari 2000 peserta yang datang dari berbagai Pondok Pesantren (Ponpes) baik dari Cianjur, Garut, Banjar, Banten dan daerah lainnya. Begitu juga tidak kurang 15 Habib yang menyempatkan hadir di acara tersebut.

“Pihak keamanan dari Polres dan TNI juga hadir disini,” ucapnya.

Pembicara pertama Ustad Salman Alfarisi yang lulusan Madrasah Al Tarim Yaman menjelaskan Islam Nusantara yang nasionalis, pertama kali digagas oleh Hadratusyaikh Hasyim Asyari dengan slogan Hubbul Wathon Minal Iman. Selain itu, Islam Nusantara juga sebagai benteng dari adat istiadat atau budaya lokal Indonesia yang tidak bertentangan dengan inti ajaran Islam.

“Nah itulah wajah Islam Nusantara yang ramah tatanan sosial budaya lokal,” jelasnya.

Giliran tuan rumah, KH. Cepy Hibbatullah menerangkan, secara kebahasaan Islam Nusantara sudah tercipta sejak tahun 1959 atasnama Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung.

“Uninus Itu secara penamaan yah. Sedangkan yang digaungkan sekarang Islam Nusantara dari PBNU,” katanya.

Sedangkan sebagai pembicara dari FPI adalah Hanif bin Habib Abdurrahman Al Athos yang menegaskan, Islam Nusantara sebagaimana NU yang digagas Hadratusyeikh Hasyim Asyari adalah Islam khas Indonesia yang anti Wahabi, anti Shiah ataupun anti Liberal.

“Bukannya anti Arab. Saya setuju ini,” ucapnya.

Namun dalam realitanya, lanjut Habib Hanif, Islam Nusantara sekarang ini banyak disikapi menjadi Islam yang anti Arab sebagaimana pidato KH. Said Aqil Syiraj. “Dan ini ada videonya,” tambah Habib Hanif. Sejurus kemudian dirinya memutarkan potongan video tentang KH. Said serta potongan video KH. Yahya Cholil Staquf yang digambarkan anti jenggot, anti cadar dan statemen-statemen lainnya.

Sayang sekali, pemaparan Habib Hanif ini tidak mau dipotong waktu 10 menit oleh moderator sebagaimana yang sudah ditentukan, dengan dalih, jauh-jauh datang dari Jakarta ingin bicara panjang lebar. Acara Mudzakharah Munadharah dan Mutharahah pun berubah menjadi ceramah pribadi yang terfokus menyerang KH. Said Aqil Shiraj.

“Praktek Islam Nusantara bisa dilihat dari apa yang dilakukan oleh pengurus utama di PBNUnya,” tukas Habib Hanif ditengah-tengah ceramahnya. Dan dia terus melanjutkannya lagi.

Dari sini, para peserta yang hadir dilokasi, maupun yang menyaksikan lewat siaran langsung melalui FP Generasi Muda NU merasa kecewa. Baik itu terhadap Habib Hanif bin Habib Abdurrahman Al Athos. Kondisi ini menurut beberapa peserta yang hadir sudah keluar dari agenda utama pembahasan, yakni Islam Nusantara.

“Moderatornya harus tegas. Terlalu lama itu bicaranya dan keluar fokus pembicaraan lagi. Bukannya bahas Islam Nusantara lebih rinci, tapi malah terus memutar potongan video dan menyerang KH. Said aqil Shiraj,“ begitu gerutu beberapa peserta dan pemirsa.

Sementara KH. Cepy Hibbatullah sebagai tuan rumah sendiri tidak bisa berbuat apa-apa karena adab atau akhlak sebagai pemateri tetap wajib mengandalkan kewajaran lajunya acara oleh moderator.

“Sudah, siapkan saja makanan sebelum pada pulang,” ucapnya via aplikasi WA dengan tetap tenang.

Menjelang acara benar-benar mau berakhir, Ketua FPI Cianjur Habib Hud berpesan, agar semua pihak menghentikan ungkapan-ungkapan yang tidak pantas kepada ke dua pimpinan utama Ormas Islam baik itu NU maupun FPI. Dirinya mengingatkan bahwa keduanya adalah Islam dengan faham Ahlussunnah Wal Jamaah.

“Mudah-mudahan NU dan Islam bisa berjaya di negara ini,” pungkas Habib Hud yang dibarengi dengan doa tutupnya. (Ruslan Ependi) [Islampers.com]

No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...