Thursday, January 18, 2018

Dzikir Kok Geleng-Geleng Kepala Sambil Menari?


Ada sebagian kelompok Islam tekstual atau "Islam Kaku" mudah untuk menuduh kelompok Islam yang lain sebagai ahli bid'ah, penebar kesesatan bahkan dituduh sebagai ahli neraka. Diantaranya mengenai perkara dzikir. Bagi kelompok ini, dzikir hanya dianggap sebatas duduk tanpa gerakan apapun kecuali hanya saat dalam gerakan shalat sehingga dzikir dengan gerakan apapun apalagi dibaca dengan keras dianggap sebagai kesesatan.

Benarkah dzikir sambil geleng-geleng kepala kekanan dan kekiri atau bahkan pakai gaya menari seperti orang mabuk dilarang atau diharamkan? Apakah dzikir dengan gerakan kepala dan tarian adalah bid'ah dhalalah wal munkarah? Atau jangan-jangan kurang referensi dalil sehingga mudah menuduh kelompok umat Islam yang menggerak-gerakkan lidah,  menggeleng-gelengkan kepala bahkan menggerakkan anggota tarian ala sufi dianggap sebagai kesesatan.

Bagi kalangan Ahlussunnah Wal Jamaah seperti warga Nahdliyin, dzikir dalam gerakan apapun diperbolehkan asalkan tidak melampaui batas. Terutama warga Nahdliyin yang rajin berdzikir dengan kalimah thayyibah dalam jumlah ratusan atau ribuan terutama mereka yang aktif dalam komunitas thariqah (tarekat), istighatsah atau mujahadah. Bahkan kaum sufi memiliki semacam tarian ala sufi yaitu tarian memutar dengan penuh kelembutan sebagai simbolisasi dzikir.

Dzikir dengan berbagai keadaan mendapat legitimasi didalam Al-Qur'an diantaranya:

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ  وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ  رَبَّنَا مَا  خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا  ۚ
 سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. [QS. Ali 'Imran: Ayat 191]

Al-Hafidz Ibnu Katsir menyatakan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali:

ﻭاﻟﻠﻪ ﻟﻘﺪ ﺭﺃﻳﺖ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻤﺎ ﺃﺭﻯ اﻟﻴﻮﻡ ﺷﻴﺌﺎ ﻳﺸﺒﻬﻬﻢ، ﻟﻘﺪ ﻛﺎﻧﻮا ﻳﺼﺒﺤﻮﻥ ﺻﻔﺮا ﺷﻌﺜﺎ ﻏﺒﺮا ﺑﻴﻦ ﺃﻋﻴﻨﻬﻢ ﻛﺄﻣﺜﺎﻝ ﺭﻛﺐ اﻟﻤﻌﺰﻯ، ﻗﺪ ﺑﺎﺗﻮا ﻟﻠﻪ ﺳﺠﺪا ﻭﻗﻴﺎﻣﺎ ﻳﺘﻠﻮﻥ ﻛﺘﺎﺏ اﻟﻠﻪ ﻳﺘﺮاﻭﺣﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﺟﺒﺎﻫﻬﻢ ﻭﺃﻗﺪاﻣﻬﻢ، ﻓﺈﺫا ﺃﺻﺒﺤﻮا ﻓﺬﻛﺮﻭا اﻟﻠﻪ ﻣﺎﺩﻭا ﻛﻤﺎ ﻳﻤﻴﺪ اﻟﺸﺠﺮ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ اﻟﺮﻳﺢ

Demi Allah, sungguh aku telah melihat para sahabat Nabi Muhammad. Tidak ku lihat hari ini sesuatu yang menyerupai mereka. Sungguh para sahabat telah terlihat di pagi hari dalam keadaan rambut acak-acakan, diantara kedua mata mereka seperti lutut kambing, mereka telah bermalam karena Allah, mereka bersujud, mereka bangun ibadah, membaca Al-Qur'an dan mereka istirahat diantara dahi dan kaki mereka. Jika mereka telah bangun di pagi hari mereka berdzikir kepada Allah dengan bergerak seperti pohon yang bergerak di saat angin kencang” (Al-Bidayah wa An-Nihayah 8/7).

Dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Yusufiyyah fi Bayan Adillah Ash-Shufiyyah, syekh Yusuf Khathar menyataan perkataan ulama tentang bolehnya menggerak-gerakkan badan ketika berzikir diantaranya: Al-Imam As-Sayyid Al-Kabir Ahmad Ar-Rifa’i, Al-Hafiz Ibn Hajar Al-Asqalani, Al Imam Khair Ad-Din Ar-Ramli, Imam Al-Hafiz Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Allamah Muhammad As-Safarini Al-Hambali, Al Imam As-Sayyid Abu Madyan, Al Imam Asy-Syaikh As Sanusi, Al Imam Al-Allamah Al-Kattani, Al Imam Ibn Layyun At- Tajibi, Al-Imam Ibn Abidin, Syaikh Abd Al-Ghani An-Balusi, dan Syaikh Muhammad Sai’d Al-Burhani [Al-Mausu’ah Al-Yusufiyyah fi Bayan Adillah Ash-Shufiyyah, h. 178-192]

Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam karyanya Al-Fatawi Al-Haditsiyah, menceritakan sahabat Ja‘far bin Abi Thalib ra. yang menari dengan ceria karena hatinya sedang bahagia:

نعم له أصل فقد روي في الحديث أن جعفر بن أبى طالب رضي الله عنه رقص بين يدي النبي صلى الله عليه وسلم لما قال له “أشبهت خلقي وخلقي” وذلك من لذة هذا الخطاب ولم ينكر عليه صلى الله عليه وسلم. وقد صح القيام والرقص في مجالس الذكر والسماع عن جماعة من كبار الأئمة منهم عز الدين شيخ الإسلام ابن عبد السلام

Tentu. Aksi tarian para sufi ketika perasaannya gembira bukan kepalang, memiliki asal-usulnya. Sebuah hadits meriwayatkan Ja‘far bin Abi Thalib ra. menari di hadapan Rasulullah saw. ketika Beliau mengatakan kepadanya: Rupa dan perilakumu (akhlakmu) serupa denganku. Mendengar indahnya pujian itu, Ja‘far lalu menari. Sementara Rasulullah sendiri tidak mengingkari tarian tersebut. Karenanya berdiri dan menari di majelis-majelis zikir dan tabligh akbar adalah shahih diriwayatkan dari banyak ulama besar. Satu di antara mereka adalah Izzuddin bin Abdissalam.

Hal inilah yang diinformasikan oleh kitab Fatawal Khalili 'ala Madzhabil Imamis Syafi’i:

علمت أن الحركة فى الذكر والقرأة ليست محرمة ولا مكروهة بل هي مطلوبة فى جملة أحوال الذاكرين من قيام وقعود وجنوب وحركة وسكون وسفر وحضر وغني وفقر

… saya jadi mengerti bahwasannya menggerakkan (anggota badan) ketika berdzikir maupun membaca (al-Qur’an)  bukanlah sesuatu yang haram ataupun makruh. Akan tetapi sangat dianjurkan dalam semua kondisi baik ketika berdiri, duduk, berbaring, bergerak, diam, dalam perjalanan, di rumah, ketika kaya, ataupun ketika faqir…

Dengan demikian teringat kita dengan tarian sufi yang dinisbatkan kepada Jalaluddin Rumi sebagaimana dzikir juga diapresiasikan dalam seni tari.


No comments:

Post a Comment

Khutbah Jum'at: Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita

Bulan Muharram Sarana untuk Mengevaluasi Tradisi Kita Khutbah 1 اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ ...